By. Kana Safrina Rouzi

Komunikasi yang efektif dengan remaja memerlukan pemahaman tentang teori perkembangan serta penerapan strategi responsif yang konkret. Temuan empiris menunjukkan bahwa persepsi remaja terhadap kualitas komunikasi merupakan faktor penentu yang signifikan terhadap kesejahteraan mental dan kepuasan hidup secara keseluruhan (Kapetanovic & Boson, 2022). Secara khusus, komunikasi positif antara orang tua dan remaja berkaitan dengan hasil kesehatan mental yang lebih baik bagi remaja. Hubungan ini menyoroti peran kritis dinamika keluarga dalam membentuk perkembangan remaja, terutama dalam hal pembentukan identitas, hubungan dengan teman sebaya, dan regulasi emosi. Memang, komunikasi orang tua-remaja yang berkualitas tinggi berfungsi sebagai faktor pelindung terhadap berbagai gangguan psikologis, seperti depresi (Xu et al., 2024). Sebaliknya, komunikasi yang berkualitas rendah yang ditandai dengan penolakan orang tua, kritik, atau kerahasiaan remaja dapat memperburuk gejala depresi dan berkontribusi pada ketidakseimbangan emosional (Wecht et al., 2023). 

Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa komunikasi orang tua-anak yang efektif, bersama dengan pengawasan orang tua yang lebih baik dan hubungan yang mendukung, dapat secara signifikan mengurangi insiden depresi pada remaja. Hal ini terutama relevan mengingat prevalensi depresi remaja yang terus meningkat secara global, yang mengharuskan pemahaman yang lebih mendalam tentang faktor pelindung keluarga (Xu et al., 2024). Selain itu, ikatan yang kuat antara orang tua dan remaja, yang difasilitasi oleh komunikasi terbuka, mempromosikan kohesi dan ketahanan keluarga, yang sangat penting dalam melindungi dari depresi remaja (Purborini et al., 2021). Komunikasi keluarga, yang mencakup pertukaran informasi, ide, pikiran, dan emosi, diposisikan sebagai dimensi utama untuk meningkatkan kohesi dan fleksibilitas keluarga, keduanya merupakan bagian integral dari kesejahteraan psikologis anggota keluarga (Rouzi & Afifah, 2023). 

Singkatnya, komunikasi efektif adalah kombinasi teori dan praktik empatik: mendengar dengan tulus, memvalidasi, memberi ruang otonomi, dan menyesuaikan gaya komunikasi dengan konteks digital masa kini. Pendekatan ini tidak hanya memperbaiki hubungan, tetapi juga mendukung perkembangan psikologis remaja.

Daftar Pustaka

Kapetanovic, S., & Boson, K. (2022). Discrepancies in parents’ and adolescents’ reports on parent-adolescent communication and associations to adolescents’ psychological health. Current Psychology, 41(7). https://doi.org/10.1007/s12144-020-00911-0

Purborini, N., Lee, M. B., Devi, H. M., & Chang, H. J. (2021). Associated factors of depression among young adults in Indonesia: A population-based longitudinal study. Journal of the Formosan Medical Association, 120(7). https://doi.org/10.1016/j.jfma.2021.01.016

Rouzi, K. S., & Afifah, N. (2023). Family Resilience in Forming Children’s Positive Emotions: Perspective of Islamic Educational Psychology. Syekh Nurjati International Conference on Elementary Education (SICEE), 1, 9–15. https://doi.org/10.24235/sicee.v1i0.14539

Wecht, S., Hendrixson, M., Odenthal, K., & Radovic, A. (2023). A Mixed Method Investigation of Parent-Adolescent Communication about Mental Health. Journal of Adolescent Health, 72(3). https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2022.11.224

Xu, L., Sheng, Z., Zhou, T., Xie, C., Wang, X., Zhang, W., Wu, T., Gronholm, P., Chen, D., Ma, H., Thornicroft, G., Guan, L., & Yu, X. (2024). ‘Let’s Talk About Children’ family focused practice for children of parents with schizophrenia and bipolar disorder: protocol for a randomized controlled trial. BMC Psychiatry, 24(1). https://doi.org/10.1186/s12888-023-05457-6